Sulitnya Hamil di Usia ‘Sepuh’

Serpong, 23 Februari 2014

Saya mau berbagi cerita tentang kehamilan di usia ‘sepuh’. Hehehe..kesannya udah tua banget.Usia saya sekarang telah 39 tahun, Allah memberikan kepercayaan saya untuk hamil lagi. Dinyatakan positif hamil pada 22 Januari 2014 kemarin. Ini kehamilan saya yang ketiga, terakhir delapan tahun lalu. Walalupun tidak direncanakan saya tentu senang, suami bahagia, terlebih kedua anak saya, Sulthan dan Rafa. Rafa jingkrak-jingkrak bakal punya adik. Dia jadi posesif, setiap saya makan appun dengan wajah ‘sok galak’ nunjuk ke saya. “Ini sehat gak?”

Periksa ke dokter, usia kandungan sudah 5 minggu. Kantong kehamilan sudah terlihat. Saya ke RSIA Hermina Tangerang dengan dr Hasta. Baik, sabar dan memberikan penjelasan, menjawab semua pertanyaan. Diminta balik lagi 3 minggu kemudian, agak aneh
karena biasanya satu bulan. Hanya dikasih asam folat.

Tapi belum satu minggu, saya flek. Saya kembali ke rumah sakit.Dokter mendiagnosis saya terkena servisitis, ada bakteri. Dia langsung menekankan kalau janin saya terancam keguguran, dan menawarkan untuk opname. Tentu saya dan suami kaget, tapi hanya bedrest di rumah 3 hari, ijin dari kantor. Diberi obat penguat janin yang diberikan melalui mulut dan vagina/anus.

Alhamdulillah, flek hilang. Lalu diminta 2 minggu lagi balik. Bingung juga kenapa dokter ini selalu menyuruh saya kembali tiap 2 mingu. Tapi saya turuti. Kembali lagi 2 minggu, usia kandungan sudah 7 minggu lebih nyaris 8 minggu. Pemeriksaan usg melalui perut, janin tak terlihat. Lalu lewat transvagina, janin kecil dan belum ada detak jantung. Dia meminta saya kembali 2 minggu lagi. Saya hanya diberi asam folat, tanpa penguat janin. “Kalau janin baik-baik saja untuk apa penguat janin,” begitu katanya.

Setelah 2 minggu, saya memutuskan mencari dokter yang berbeda. Celetukan dokter sebelumnya bikin parno. Atas rekomendasi teman, saya ke dr Rohatie di RSIA Buah Hati Pamulang. Dia melakukan pemeriksaan usg perut, janin tak terlihat, langsung mendiagnosa blight ovum, harus dikuret. Saya berikan catatan kedokteran sebelumnya. Menurut dr rohati, janin tak berkembang
sesuai usia yang telah masuk 10-11 minggu. Flek yang terus menerus, kata dokter rohati, bukan karena servisitis tapi karena blight ovum.

Dr Rohati memberikan saya surat pendaftaran untuk kuret hari itu juga. Saya dan suami shock. Kami sudah merencanakan jauh hari dan berharap ini bayi perempuan, karena 2 anak sebelumnya laki. Rafa yang paling antusias langsung begini. “Aku nggak mau nilai sekolah 10 lagi, hati aku jadi ngga senang. Tadi aku senang banget mau punya adik,” kata Rafa,8 tahun.

Saya ikhlas. Ini pasti sudah diatur oleh Allah. Saya selalu percaya apa yang terjadi di atas dunia ini semua atas izin Allah. Hari itu, Sabtu, 22 Februari saya sama suami pulang. Kita masih mempertimbangkan, suami browsing dan membaca kasus yang sama yaitu hingga ke 5 dokter, bayinya sehat sampai melahirkan. Suami berharap, masih ada harapan. akhirnya kami memutuskan untuk mencari third opinion. Kita ke RSIA Carolous Gading Serpong dengan dr Christina. Saya menjelaskan kondisi saat itu. dia memeriksan usg transvagina. Sepertinya alat lebih canggih, di layar ada warna biru dan merah menandakan adanya aliran darah. Sedangkan ketika di wilayah janin tak ada tanda warna apapun. dokter mendiagnosis janin tidak berkembang. Berhenti tumbuh di usia 5 minggu. Meninggal sudah lama, begitu penjelasannya.

Penyebabnya, kata dia 70% dari usia, selebihnya bisa bakteri, tosoplasma, dll. Disarankan utk periksa torch. penjelasan dr Christina lebih detil dan ilmiah.Setelah 3 dokter, kami memtuskan untuk kuret di RSIA Buah hati yang hargaya lebih murah sekitar Rp 3 juta sekian. Sedangkan Caraolos Rp 6-7 juta.

Pukul 19.20 saya sudah di ruang persalinan. Menunggu dr Rohatie yang kebetulan ada operasi cesar malam itu. Suster memberikan obat peransang agar ada bukaan, memudahkan untuk kuret. Pertama diinfus, saya paling takut merasakan sakit dan paling ngeri kalau sudah disuntik jarum. Saat itu hanya pasrah, serahkan semua ke Allah. Yakin ini yang terbaik. menunggu sampai jam 21.00 dokter sudah masuk, suster yang membantu sekitar 3 orang. Saya melihat alat-alat seperti operasi. Parno juga. Lalu suster menyuntikkan obat melalui selang. “Akan terasa sakit ya bu.”

Tapi yang saya rasakan sangat sakit, terasa obat itu menjalar ke tangan dan tulang, sangat sakit. Astagfirullah, saya terus istigfar. TIba-tiba saya sudah tertidur.bius total.

Saya sang pemimpi. Tidur selalu bermimpi, meski hanya tidur 5 menit. Dibius pun, pikiran saya mengembara. Saya merasa ada di alam yang bergulung-gulung seperti awan coklat,seperti film-film kolosal yang saya tonton (mungkin krn saya film’s freak). suara-suara disekitar mulai terdengar samar dan seperti jauh. Orang-orang diskeitar seperti siluet, suster, suami, tapi saya sulit bicara dan membuka mata.

Pukul 00.00 saya siuman. Meski mata berat untukdibuka. Tubuh seperti melayang. Dan pukul 00.30 siap-siap pulang ke rumah. Dan kini tinggal recovery. Semoga cepat pulih, amin yra.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa berbagi untuk yang lain.

SAlam

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s