Menjelang usia 40 tahun, saya hamil lagi. Dua bulan sebelumnya, saya sempat hamil tapi hanya bertahan 7 minggu karena janin tidak berkembang dan harus dikuret. Sejak mengetahui positif hamil, saya sudah terus-terusan flek. Dokter Christina SPog, di RSIA Carolus Gading Serpong, menyarankan untuk bedrest. Jadilah saya cuti dari kantor selama 1 bulan. Ternyata flek tetap berlanjut hingga kehamilan masuk 4 bulan. Saat itu habis lebaran, asisten rumah tangga mudik tapi nggak balik lagi. Sebagai seorang perempuan, insting kewanitaanya tersentuh melihat dua bocah dan suami yang tak terurus. Saya balik ke dapur, padahal hanya masak ringan dan cuci piring.
Hari itu hari Jumat, 8 Agustus 2014, setelah masak dan cuci piring saya kelelahan tertidur di sofa ruang tamu. Waktu itu saya kaget ada flek coklat di celana. Selama satu jam tertidur, saya terbangun
merasakan ada cairan di celana. Saya terkejut bukan main ketika melihat darah bercucuran. Saya panik, suami lebih panik. Lalu kami pergi ke Carolus, dalam perjalanan bayangan buruk terus di depan mata. Saya menangis terus menerus. Saya langsung masuk UGD, yang saya terus tanyakan ke suster, bagaimana bayi saya. Suster langsung memeriksa denyut jantung bayi, Alhamdulillah masih baik.Itu awal terjadinya gangguan usus pada bayi saya, karena adanya pendarahan waktu hamil muda. Pada usia kehamilan 34 minggu,dokter kandungan menemukan kejanggalan di usus bayi saya. Katanya perut baby besar,ternyata dr usus yg ukurannya di luar normal, tapi dokter meyakinkan itu akan mengecil. Dia merekemondasikan untuk USG 4 dimensi dengan ahlinya,yakni Dr Azen Salim, yang juga dokter kandungan Aliyah Rajasa, mantu dari mantan presiden SBY.
Dokter yang juga praktek di RS Pondok Indah itu ternyata popular. Saya harus menunggu 1 minggu untuk konsultasi dengannya. Saya pun datang ke BSD Junction, tempat dia praktek dan memang ramai. DOkternya sudah tua, senior, dan bicara apa adanya. Dia teliti memeriksa perut saya menggunakan alat USG 4 dimensi. Dr Azen mengiyakan ada masalah di usus bayi saya.
“Di dalam USG memang tida terlihat apakah ada anus apa tidak bayinya. Tapi kasus seperti ini banyak terjadi. Saya sarankan bayi ini cepat dikeluarkan jangan sampai dia keracunan. Lebih baik ibu dicesar,” katanya.
Mendengar cesar saya deg-degan, tapi lebih deg-degan mendengar kenyataan pada bayi saya. Sebelumnya, saya sudah punya dua anak dan melahirkan secara normal. Dokter Azen juga menenangkan, kemungkinan besar anusnya ada, hanya terhambat selaput. Sehingga setelah lahir anusnya bisa ditusuk dengan termometer lalu bisa langsung pup. Meskipun harus dioperasi itu hal yang biasa, kata dokter yang memperkirakan bayi saya terkena atreasiasi ani yakni bayi tidak punya anus.
Saya belum tenang meski dokter mengatakan sejujurnya. Saya selalu berdoa, tahajud, dan banyak bersalawat. Semua saran dari orang-orang, doa apapun saya turuti. Saya kembali ke dokter Christina seminggu kemudian. Kehamilan saya sudah 36 minggu. Di USG, ternyata perut bayi semakin besar, begitu pula ukuran ususnya, dan terlihat kotoran, di mesin USG berwarna putih. Jadi saya harus
segera di cesar. Dokter minta waktu 2 hari untuk pematangan paru-paru bayi. Ketika obat itu disuntik, rasanya???Mantaaappppp…Hanya dalam hitungan detik, sakit itu langsung terasa hingga ke pantat. Silahkan jika ingin mencoba, hehehe.
Oiya, sejak awal hamil, posisi bayi terlentang. Saya terus nungging karena berharap melahirkan normal. Tapi rencana hanyalah rencana, Allah yang menentukan. Meski bayi saya sudah di posisi normal, tapi harus di cesar. Ditetapkan cesar hari Senin, 5 Januari 2015 pukul 09.00 pagi.
Saya hanya pasrah. Hanya banyak doa dan salawat Nabi. Semua ikhlaskan dan pasrahkan ke Allah. Di ruang operasi pun, saya hanya mengamati. Ini pertama kali seumur hidup urusan sama operasi. Saya nyaris tidak pernah ‘menginap’ di rumah sakit, kecuali untuk urusan persalinan saja. Alhamdulillah selalu sehat.
Pukul 10.15 (sepertinya, saya lupa), bayi saya lahir. Saya dibius lokal, seperti tersadar, tetiba perut saya sudah diotak atik dan badan terasa melayang, lalu mendengar bayi menangis. Hal pertama yang saya tanyakan ke suster, apakah ada anus? Dokter dan suster menjawab ada. Saya lega, tapi masih belum puas, pasti ada yang salah.
Baby langsung inisiasi menyusui dini, dia terlihat lahap. Saya bahagiaaaa sekali kembali punya baby lucu. Lalu ketika dibawa ke ruang perawatan, baby sempat dua kali menyusu. Dan setelah itu…..tidak lagi!! Hasil rontgen menunjukkan ada yang salah pada ususnya. Dokter mendiagnosa terkena atreasiasi ani. Disarankan menunggu 24 jam dan berharap dia pup. Menunggu baby pup itu, seperti…rasanya gimana, seakan saat itu saya rela menyembah, bersujud atau melakukan apapun kepada pemilik pup agar baby saya pup.
Setiap ketemu suster saya selalu bertanya kondisi baby. Dokter kandungan memberitahukan kalau air ketuban saya berwarna hijau, itu kemungkinan besar dari muntahan bayi. Dan ternyata ketika menunggu 24 jam pup itu, baby muntah, dan berwarna hijau. Saya yang habis cesar, tak bisa melakukan apapun, hanya tiduran sambil menangis. Membayangkan baby saya sakit, akan dioperasi dan saya tidak bisa mendekapnya.
Saat itu saya selalu meyakinkan ke diri sendiri, ujian ini dari Allah, pasti ada hikmahnya, pasti ini yang terbaik. Terus menerus saya yakinkan ke diri sendiri sambi terus berdoa, beristigfar dan selalu menyebut nama Allah. JUga meminta ampun dalam doa, ini mungkin dosa saya sehingga ujian ini ditimpakan ke ana saya yang masih bayi. Selama ini saya berdoa selalu diberikan kesehata untuk anak-anak, jangan beri ujian yang berhubungan dengan anak, tapi Allah berkata lain. Ini pasti yang terbaik.
RSIA Carolus memberikan opsi untuk operasi di tiga rumah sakit (karena di Carolus tidak ada bedah anak). Yakni, RS Carolus Salemba, Eka Hospital BSD dan Siloam Hospital Karawaci. Tadinya saya lebih srek ke Carolus karena saya dengan di sana bagus dan tentu tidak terlalu mahal. Tapi karena pertimbangan jarak dari Serpong dan Jakarta sangat macet, sedangkan ini urgent, kita memilih SIloam Hospital. Itupun rekomendasi dari beberapa teman dibandingkan yang satunya.
Selasa malam, 6 Januari 2015, my baby dibawa ambulan ke Siloam ditemani suami. Saya di rumah sakit terbaring dengan perasaan deg-degan. Suami terus memantau. Saya sangat bersyukur baby dibawa ke Siloam, di sana saya dan suami bertemu dr bedah anak senior yang baik hati,humble, menyejukkan, menenangkan, yakni dr Ariono Arianto. Beliau juga dokter senior di RS Harapan Kita.
Dari cerita suami, dia langsung melihat hasil rontgen sebelum operasi dilakukan. “Kalau atresiasi ani gak begini bentuk usunya. Ini bukan atreasia ani,” katanya sambil mengambil benda (apa namanya, lupa) dan menyodokkan ke anus baby. “Ini anusnya ada. ”
Lalu dokter meminta operasi dibatalkan dan minta dilakukan rontgen lengkap. Ternyata hasilnya lebih rumit, lebih complicated, baby terkena atreasi yeyunum, yakni penyempitan usus kecil. Jadi usus besarnya selama baby di dalam kandungan tidak pernah dilewati kotoran jadi ukurannya sangat kecil.
Kamis, 8 Januari 2015, saya sudah bisa check out dari Carolus dan langsung menuju Siloam. Saya tak perdulikan nyut-nyutan bekas cesar. Sedih rasanya di ruang perawatan, semua orang habis melahirkan pulang membawa baby dengan bahagia, tapi saya?
Malam itu baby akan dioperasi. Melewat serentetan tes, hasilnya baby harus diberikan donor untuk pembekuan darah agar tidak terjadi pendarahan ketika operasi.
Ada kejadian yang bikin ngenes. Sesampai di Siolam, saya memakai kursi roda menuju ruang NICU di lantai 7. Sudah 2 hari saya tidak bisa melihat baby saya. Suster meminta saya cuci tangan. Saya memandang beberapa bayi hanya mengenakan pampers tertidur. Ada satu bayi penuh dengan kabel, saya membatin. “Alhamdulillah, ada yang lebih parah penyakitnya dibanding Amad (kita belum ada nama jad hanya memanggil Ahmad).”
Saya bertanya ke suster, “Bayi saya mana sus?”
Suster menujuk bayi yang penuh dengan kabel itu. Saya langsung menangis melihatnya, nggak tega. Ada selang dimulutnya untuk mengeluarkan kotoran hijau, di dadanya beberapa kabel untuk mengetahui detak jantung, oksigen, dll. Lalu tangannya diinfus, belum kakinya banyak kabel. Karena sedang puasa, dia diberi empeng. Saya menangis tak henti melihatnya. Tuhan, dosa apakah aku? (Saya menangis lagi deh waktu menulis ini..)
Akhirnya diputuskan hari itu jam 8 malam, baby dioperasi. Untuk menyisakan tenaga esok, suami meminta saya pulang untuk istirahat. Karena saya baru check out dari Carolus. Esoknya pagi-pagi saya sudah di ruang Nicu. Baby tidak akan merasakan sakit dan mengingat kejadian dia di operasi saat itu, tapi saya, ibunya, yang melahirkan, yang menjaganya selama 9 bulan di dalam perut, rasanya hati dan jiwa ini dicabik-cabik melihat bayi saya tak berdaya. Suaranya hilang, suster melihat dia menangis hanya dari gerakan kaki dan tangannya, ada bekas guaratan di perut kanannya, saya ngilu. Sepertinya itu, masa menangis saya paling panjang seumur hidup. Saya hanya bisa memandang, mengelus tangannya, tak bisa menggendong, tak bisa mendekap, memeluk, mencium, memberikan susu. Ini ujian yang sangat berat seumur hidup saya.
Entahlah, saya tak tahu, Tuhan ingin memberikan pesan apa lewat ujian ini? Saya hanya mencoba ikhlas dan pasrah, ini pasti yang terbaik. Selalu mengatakan ke diri sendiri, setelah kesulitan itu pasti akan ada kemudahan.
Baby di NICU selama 3 minggu, setiap hari tidak pernah absen, saya mendatangi NICU Siloam. Dari jam besuk pagi, jam 11.00-13.00. Biasanya untuk menunggu jam besuk selanjutnya, jam 18.00 saya bersama suami menunggu di lobi. Kami diuntungkan dengan lobi rumah sakit seperti mal, jadi lebih terhibur hehehe.
Alhamdulillah, 2 minggu pasca operasi, ada kemajuan, baby ada pup di anus. Di bekas operasinya, dokter juga memberikan selang untuk menampung kotoran hijau yang keluar, bentuknya seperti lumut hijau. Jadi ada 2, di hidung atau mulut dan bekas operasi.Di sana juga ada usus yang menonjol, untuk menampung kotoran yang keluar, menunggu sampai normal, turun ke anus.
Pada 27 Januari 2015, baby sudah boleh pulang. Saya bahagia sekali, meski was-was dengan tagihan rumah sakit yang jumlahnya sangat-sangat fantastis. Tapi Alhamdulillah, semuanya banyak kemudahan dan pertolongan dari orang-orang terdekat.
Terima Kasih yang sudah membaca, semoga bisa dijadikan inspirasi dan sharing. Salam
Ini baby Ahmad Fatih Alsya di usia 4 bulan, he is baby happy!! Alhamdulillah sehat