Saya kira, saya sudah bebas dari Bels Palsy setelah dari Januari awal wajah ini penyok sebelah. Tapi, ternyata itu belum tuntas sodara-sodara. Salah saya juga sih, dokter menyarankan fisioterapi selama 10 x, tapi saya hanya melakukannya cuma dua kali (banyak nggak nya kan).
Tapi saya maklum, Januari 2015 itu, bulan yang sangat hectic dalam kehidupan saya. Bulan yang bikin deg-degan, dan merasa kenapa waktu tidak bergeser? Seperti jalan di tempat, karena baby Fatih saat itu habis dioperasi Atresia Yeyunustomi di usia 4 hari. Jadilah, saya lupakan wajah penyok saya kala itu. Sadar diri dan sempat nggak pede, jika bicara dengan orang, mereka tidak bertanya tapi dari raut wajahnya saya tahu mereka memandang aneh ke saya. Jadi saat itu, sebelum mereka keheranan, saya jelaskan dulu kalau saya kena Bels Palsy, Lol.
Dan bulan Maret 2015, wajah saya sudah mulai normal, Alhamdulillah. Tapi saya menemukan keanehan di bulan Juni awal. Jika mengunyah makanan, tertawa, menguap, kenapa mata jadi menyipit sebelah? Seperti Jaja Miharja “Apaan tuhhh”. Garis bibir di sebelah kiri rasanya terangkat sendiri tanpa saya perintahkan. Jadi kalau mau marah sama anak, ini garis bibir terangkat sendiri dan bisa bikin tertawa tanpa disadari (menyeramkan ya). Nggak wibawa sekali kalau sedang marah, lalu dalam semenit tertawa cuma karena bels palsy.
Lalu baru di Juli saya mendatangi dokter saraf di Siloam Hospital. Kata dokter ada koslet di saraf wajah saya, kalau sekarang saraf ke lima (kalau bels palsy saraf ke 7, lama2 gue jadi ahli saraf kayaknya nih LOL). Koslet itu dinamakan tic (entahlah tik, apa ti’). Jadi harus dilakukan terapi kembali. Diberikan vitamin B12, tadinya dokter mau memberikan obat yang efeknya kuat, bikin ngantuk. Tapi pas tahu saya sedang menyusui, akhirnya obat batal. Saya juga nggak mau efek ke bayi meski dokter saranin minumnya malam, NOWAY. Lagian rempong, di rumah laki semua, nggak ada asisten rumah tangga, kebayang bakal kayak kapal pecah, aarrgghhhh *drama).
Seminggu kemudian saya datangi dokter rehab medik, di Siloam Karawaci dengan dr Rima. You know what, dia menyarankan dengan sambil lalu, kalau mau cepat normal wajah saya di botok. LOL, bakal mirip Nicole Kidman nih, mau nyengir aja susah, saking kencengnya itu wajah. Gue pasti berasa artis pake botox segala *abaikan
Mulailah saya di terapi, masuk ke dalam ruangan rehab medik. Wajah kiri saya yang bermasalah ini diberikan sinar, mata ditutup dengan mirip kaca mata renang yang tengahnya dilapisi tisu. Saya lupa hari itu memakai pelembab wajah, duh, khawatir juga itu wajah penyok, kering pula dan terbakar, aarrgghhh noooo *dramaepisode2.
Selama 15 menit diberikan sinar mencekam dan menyala, lalu wajah saya dipijat. Enaknyeeeee kayak di salon. Setelah itu, mbak terapinya mengajari saya senam wajah dan harus dipratekkan di rumah. Jadi alis dinaikkan, tangan dia menekan alis saya ke bawah, sebanyak 10x. Lalu saya diharuskan meringis, garis ringisannya itu juga ditekan ke bawah. Kemudian saya disuruh nyengir, sama juga ditekan ke bawah. Dan terakhir, pipi kiri saya diminta untuk dikembungkan. Berasa pegal ini muka. Selain itu, disarankan sering mengunyah makanan di sebelah kiri dan dalam perjalanan ke rumah sakit, diharuskan mengunyah permen karet.
Sudah ada hasilkah? Belom laaaa, baru juga dua kali. Saya diharuskan 8 x melakukan terapi. Semoga bisa kembali wajah ke normal lagi yaaaa… kalau nggak, kayaknya kudu botok nih, biar wajah terlihat tanpa senyum. Kelihatan wibawa kannnn….LOL *abaikanlagi