Pada hari Selasa lalu, 16 Januari 2018, saya menghadiri sebuah seminar kesehatan yang informatif banget. Nama acaranya Discover New Confidence dengan tema “Waspadai hyperandrogen penyebab jerawat membandel pada wanita”. Lokasinya di Tebet 39 Cafe, Jl Tebet Raya No 39 Jakarta Selatan.
Pembicaranya ternyata beken lho, Dr Haekal Anshari, M.Biomed DH Aesthetic & Anti Aging Clinic. Dr Haekal ini sering muncul di TV One untuk acara Ayo Hidup Sehat. Acara seminar ini dibuat oleh PT Bayer Indonesia yang bekerja sama dengan Guesehat.com.
Guesehat.com ini merupakan online platform untuk berbagi cerita mengenai kesehatan, kecantikan, sex & relationship, dan lainnya. Guesehat.com ini sekarang juga tersedia aplikasinya di playstore.
Acara yang dipadu dengan ceria oleh Mbak Mita berjalan dengan santai dan komunikatif. Selain menyajikan materi mengenai hormon hyperandrogen, Dr Haekal juga menjawab semua pertanyaan emak-emak blogger itu dengan jelas dan detil.
Pertanyaan saya saja dijawab Dr Haekal dengan jelas, jadi saya yang tadinya galau, karena bingung mau bertanya ke siapa, jadi puas banget dan lega. Oke tentang pertanyaan saya nanti, dijelaskan di bawah ya. Saya mau nulis dulu soal hormon hyperandrogen.
Hormon wanita dibentuk di ovarium, sedangkan hormon pria dibentuk di testis. Baik pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen. Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Sampai sini paham yegenks.
Penjelasan Dr Haekal Soal Hormon Hyperandrogen.
Hyperandrogen adalah hormon androgen yang dimiliki lelaki, tapi ada pula di dalam diri wanita yang kadarnya lebih dari batas normal. Jadi jika wanita memiliki hyperandrogan bisa terlihat di tubuhnya, misalnya ada kumis, tumbuhnya bulu berlebih di dada, lengan atau punggung, juga yang paling menganggu dan bikin malu adalah tumbuhnya jerawat membandel. Selain itu, hyperandorgen juga mempengaruhi pada wanita untuk sulit hamil dan siklus menstruasi yang tak teratur.
“Resiko ini membuka indung telur untuk memproduksi hormon androgen lebih banyak, jadi menganggu kesuburuan pada wanita Selain itu kelebihan hyperandogen bisa memberikan obesitas kepada wanita,” kata Dr Haekal.
Untuk lebih jelasnya, ini gejala dari hyperandrogen:
1. Jerawatan
2. Peningkatan berat badan dan biasanya mengalami kesusahan dalam penurunan berat badan.
3. Tumbuhnya rambut atau bulu-bulu halus yang tumbuh di daerah wajah, dada, perut maupun punggung.
4. Tumbuhnya rambut tipis pada kening kepala.
5. Mengalami siklus haid yang tidak teratur, atau mengalami pendarahan saat menstruasi.
6. Mengalami masalah kesuburan yang diindikasikan dengan susah hamil sehingga susah pula untuk memiliki keturunan (infertilitas).
7. Depresi
Jadi kalau ada wanita yang jerawatan nggak sembuh-sembuh sehingga menimbulkan depresi, itu harus di cek hormon hyperandrogen nya. Karena tentu efeknya bahaya, jadi minder, nggak gaul, dan efek ke psikologisnya tinggi.
Lalu bagaimana pengobatannya?
Dr Haekal memberikan beberapa solusi terapi, yakni solusi untuk mengatasi hyperandrogen tersebut:
Dengan beberapa pilihan seperti Antiandrogen (obat penghambat Androgen), mengonsusmi obat topikal, dan antibiotik oral.
1. Obat topikal: Mempunyai profit keamanan yang baik tapi tidak selalu efektif.
2. Antiandrogen sebagai alternatif lain yang bisa bersifat teratogen dan pil kontrasepsi yang penggunaanya harus sesuai anjuran.
3. Antibiotik oral: Terdapat beberapa masalah terkait resistens kuman pada penggunaan jangka panjang.
Dari acara ini saya juga baru tahu kalau Pil Diane35 yang selama ini dikenal sebagai obat kontrasepsi teryata bisa untuk obat hyperandrogen. Diane35 ini sejenis obat kontrasepsi yang kandungannya sudah dikombinasi dengan bahan lain sehingga dapat membantu dalam pengobatan hyperandrogen untuk wanita yang belum menikah sekalipun. Tapi harus dengan resep dokter ya, jadi kita tau kadar dan waktu yang tepat untuk konsusmsi obatnya.
Berbicara soal Pil Diane35 ternyata juga terkait dengan pertanyaan saya ke Dr Haekal.
Beberapa tahun lalu, setelah melahirkan anak kedua, saya sempat mengkonsumsi Pil Diane35 sebagai obat kontrasepsi. Lumayan lama juga, lima tahun saya mengkonsumsinya. Dibandingkan dengan pil kontrasepsi lainnya, Pil Diane35 harganya tergolong mahal.
Lalu pertanyaan saya ke Dr Haekal, apakah harga obat kontrasepsi mempengaruhi ke tubuh? Misal, jika mengkonsumsi yang murah bisa memberikan efek kulit wajah jadi hitam, sedangkan yang mahal bisa mencerahkan wajah?
“Ketika sebuah obat sudah dijual, itu pastinya sudah melewati beberapa tes sehingga aman dan bisa dikonsumsi. Sedangkan soal harga tidak ada pengaruhnya ke tubuh, mahal atau murah itu bisa jadi dari cost yang dikeluarkan sehingga mempengaruhi harga,” kata Dr Haekal.
Okeh, saya puas dengan pertanyaan pertama. Nah pertanyaan kedua terkait hormon dan kista.
Obat kontrasepsi itukan untuk mempengaruhi hormon, dan kista itu terjadi juga dari hormon. Apakah jika mengkonsumsi pil kontrasepsi akan mempengaruhi kista sehingga semakin memburuk, misalnya.
Jawaba Dr Haekal?
“Justru pil kontrasepsi (dalam hal ini Pil Diane35), memberikan efek positif ke kista. Kista bisa hilang atau mengecil, dan bisa hilang ketika melahirkan.”
Jadi jawabannya yang saya tangkap adalah, mengkonsumsi Pil Diane35 selain bisa menjaga agar tidak hamill, juga menjaga agar kista tidak tumbuh banyak atau membesar. Noted.
Sesi kedua dari acara tersebut adalah beauty class dari Firman Ziandiova Make Up. Firman memberikan tips dan trik bagaimana memakai make up natural sehari-hari.
Semoga Bermanfaat
Alia F
makasih sharingnya
Masama, semoga bermanfaat
Olaalaaaa daku baru mudheng alias paham mbaaaa
Tingkyu tingkyuuu ini bermanfaat bangeetttt 🙂
Makasihh udah mampirr yaaaa