Setiap manusia memiiki sisi feminin dan maskulin, tapi kadarnya tiap orang tentu berbeda. Kadang saya bertemu teman lelaki yang menurut saya kadar femininnya lebih banyak dibandingkan lelaki umumnya, meski penampilannya macho, tinggi besar, berbulu mulai dari wajah dan tangannya, tapi dia normal. Lantaran dia lebih baperan dibandingin perempuan asli, emosionalnya juga lebih memuncak di waktu tertentu. Lagi PMS bro?
Selain hormon (begitu kata dokter di sebuah talkshow), sisi feminin atau maskulin seseorang juga dipengaruhi dari lingkungan dan pola asuh orang tuanya. Kalau saya sepertinya lebih banyak sisi maskulin. Nyaris semua orang yang mengenal saya sejak jaman sekolah bilang kalau saya tomboy.
Sepertinya ini penyebab dari lingkungan deh. Soalnya, saya tiga bersaudara dan saya di tengah perempuan sendiri. Taukan kalau anak laki kayak gimana gayanya, agak kasar, kalau ngomong asal nyeplos, to the point, nggak ada baper, kalau bercanda digaplok, gaplok beneran, wah pokoknya urusan sama abang dan adek di rumah kacau deh. kalo pukul jadi pukul beneran.
Apalagi ibu saya nyaris nggak pernah ajarkan saya urusan soal perempuan. Jadi you knowlah, hasilnya kayak gimana emak ini. Kecil dikeliling lelaki, berteman dan nongkrong juga dengan teman lelaki, pas udah nikah punya anak 3 lelaki, khatam deh urusan soal lelaki, Lol.
Dulu sempet saya mikirnya gini, main sama perempuan ribet, banyak omong, berisik, banyak ngatur, baperan dan banyakan nggak enak, demen basa-basi. Kalau anak laki kan enak, (ini dulu ya jaman sekolah), gak usah basa-basi, kalau gak suka langsung aja ngomong gak pake nggak enak, nggak pake baper. Kalau sama perempuan mana mungkin?? Iyegak.
Jadi karakter saya kayak gitu, kadang ada yang nggak cocok sama beberapa temen perempuan. Kalau udah gitu saya mending melipir deh, berteman dengan yang lain, yang mereka juga nyaman sama saya. Sepertinya mereka nggak terima dengan gaya saya yang to the point. Atau kalau perempuan itukan nge-gank, lalu bisik-bisik ngomongin orang, selalu merasa tersaingi dengan perempuan lain, nah saya nggak cocok kalao kayak gitu. Sowry, saya nggak bisa saingan sama orang.
Tapi anehnya saya punya sahabat perempuan semua, nggak ada lelaki. Dan kalau jalan sama temen-temen perempuan ini, saya yang melindungi mereka lho. “Gue kalau jalan sama aal, kayak jalan sama anak laki,” nyaris semua temen komentar begitu.
Soalnya gaya saya kayak jagoan, kalau ada anak laki yang rese, gangguin kita, saya yang maju, hajar bleh! ahahahha.
Lantaran sejak kecil tidak dikenalin dunia perempuan, saya merasa jadi nggak becus melakukan ‘pekerjaan perempuan’. Seperti menjahit gak bisa, masak menjurus nggak enak, beberes rumah nggak betah lama-lama, nyetrika apalagi.
Tapi saya bersyukur, masa kecil kayak gitu jadi membuat saya sebagai emak setrong! Memang sih sejak kecil saya terbilang mandiri, kalau mau sesuatu harus dapet, nggak ada tuh merengek minta ortu. Apalagi saya bekerja, lantaran punya penghasilan sendiri, semua saya beli dengan uang sendiri tanpa merengek minta suami. Intinya, nggak mau ngerepotin orang. Gue bisa kok, begitu terus dalam pikiran saya.
Lalu apa sisi femininnya dong?
Yaaaa jadi seorang emak lah. Namanya seorang emak di mana-mana sama, nggak tegaan sama anak. Sejak punya anak saya nggak bisa lagi egois, saya harus kompromi dan mengalah juga sabar. Saya yang ‘banci jalan’ harus mengubur dalem-dalem passion saya untuk traveling keliling dunia.
Bahkan ada seorang temen ngomong begini,
“Sisi maskulin elo tuh banyak, Cara berfikir lo kayak laki, tapi kenapa ya langkah-langkah yang elo lakukan feminin?” Maksudnya langkah adalah keputusan-keputusan yang gue lakukan untuk masa depan.
Yaiyalaaa, pegimanapun juga I’m a mom. and wife. Harus banyak pertimbangan yang dilakukan, pertama ijin suami yang kedua lihat kondisi anak.
Selain itu saya orangnya nggak tegaan dan cengeng. Nggak adakan laki cengeng? Saya nggak bisa ada di sebuah ruangan ada 1 orang yang nangis, yang ada ntar jadi nangis berjamaah. Nonton film sedih nangis, lihat orang bahagia menitikkan air mata nangis, lihat anak kecil susah nangis, lihat orang nangis, ikutan nangis. Gue benci bagian diri gue yang ini, cengeng!!
Tapi berfikir positif lagi, Alhamdulillah gue masih punya hati, masih bisa merasakan apa yang orang lain rasakan yegak genks.
Semoga Bermanfaat
AAL